KEGAGALAN KAPITALIS DAN SOSIALIS DALAM PERSOALAN DEMOGRAFI
Peradaban merupakan wujud nyata serangkaian pemahaman tentang kehidupan. Regam kebijakan suatu negara atas penduduk (demografi) adalah bagian dari sisi sebuah peradaban.
Adalah negara China. Di tahun 70-an merepresentasikan peradaban Sosialis Komunis dalam penangan soal demografi. Untuk menahan laju populasi penduduk-- karena dianggap penghambat ekonomi--, China menetapkan regulasi ketat, dengan membatasi jumlah kelahiran. Sejak tahun 1979, China membolehkan satu keluarga hanya satu anak. Kebijakan ekstrim yang merampas nilai-nilai kemanusiaan.
Kebijakan tersebut saat ini menuai persoalan. Menurut laporan PBB, sepertiga (33,3 %) dari orang-orang China di tahun 2050, akan berusia lebih dari 60 tahun, walaupun kondisi ini di tahun 2010 ada usia demikian ada 12%. China akan mengalami persoalan usia produktif pekerja.
Pembatasan jumlah penduduk dengan cara demikian, mengingatkan kita pada kebijakan China tahun 1958 yang membunuh lebih dari 1,96 miliar burung dalam satu tahun. Akibatnya, jumlah cacing dan belalang telah meningkat di waktu itu, sehingga produksi tanaman tiba-tiba jatuh. Dan rendahnya jumlah burung adalah salah satu alasan Besar Persoalan Kelaparan yang dialami China di tahun 1959-1961.
Saat ini, orang di China mulai malas memiliki anak. Mereka cukup terbiasa dan "enak" dengan pola "stress" dengan pekerjaan. Pemerintah China mulai menyadari hal ini. Sehingga untuk kembali memicu jumlah kelahiran, tanggal 1 Januari 2016 China menperbolehkan satu keluarga dua anak.
Persoalan demografi ini ternyata bukan hanya milik China Komunis. Di Eropa dan Amerika, persoalannya juga tidak kalah serius, bahkan kebih buruk. Jangankan untuk melahirkan, nikah saja sudah banyak di jauhi oleh pemuda dan pemudi di negara-negara ini.
Akibatnnya tingkat fertilitas kelahiran sangat rendah. Tingkat fertilitas total di negara-negara Eropa kurang dari 2.1, yakni angka minimal yang diperlukan untuk mengejar kelangsungan generasi.
Tingkat fertilitas di Prancis 2,08; Amerika 2,06; Jerman 1,42; Inggris 1,90; Italia 1,4; Ukraina 1,22; Belanda 1,78, dan Spanyol 1,48. Semuanya di bawah angka mengejar kelangsungan generasi.
Studi ilmuwan Jerman yang diterbitkan pada tahun 2013 menunjukkan, 15% wanita dan 26% pria di bawah usia 40 tahun tidak ingin memiliki anak. Dan angka ini menunjukkan peningkatan, sebab 10 tahun yang lalu, wanita yg tidak ingin punya anak hanya 10%, dan pria ada 12%.
Peradaban Sosialis dan Kapitalis yang serba materialistis menganggap pernikahan, berkeluarga, hamil, melahirkan, memiliki dan mengurus anak adalah faktor yang menghambat karir. Pola hidup hedonis juga menjadikan mereka malas untuk melewati masa-masa fitrah kemanusiaan tersebut. Pola hidup seperti ini hakikatnya mencerabut mereka dari nilai-nilai keniscayaan kemanusiaan.
Peradaban seperti ini jauh berbeda dengan Islam. Naluri seksual yang Allah berikan bertujuan untuk melangsungkan keturunan. Menikah, berkeluarga, hamil bagi ibu, menyusui, melahirkan, dan memelihara anak, adalah fitrah yang dirangkai syari'ah sebagai ranhkaian hak dan kewajiban. Seorang muslim, menatap semua proses kehidupan itu dengan linangan air mata bahagia, karena dia menyempurnakan kewajiban. Bukan beban seperti di Kapitalis maupun Sosialis.
Inilah bukti Islam menyelesaikan persoalan demografi dengan solusi yang tuntas, sesuai dengan fitrah manusia. Sosialis dan Kapitalis terbukti telah gagal. Sehingga masa depan peradaban ini selayaknya harus mereka serahkan kepada Islam. Dengan tegaknya Khilafah 'ala Minhaj Nubuwwah. Insya Allah. []
0 komentar: