Fokus pada Perjuangan Islam Ideologis, Mengapa Harus Begitu?
TANGGAL 27 Februari 2016/18 Jumadil Awal 1437 H, saya menulis tentang Bahaya Islam Moderat. Ada teman pengagum Syekh yang tidak setuju. Wajar, yes ok..diskusi berjalan cukup baik. Dia tidak setuju Islam Liberal, sependapat beberapa isi tulisan, namun tetap setuju Islam Moderat.
Karena yang saya krtitisi bukan pribadi beliau, tapi pemikiran yang dibawa Syekh, yakni Islam Moderat. Dan kritikan saya juga bersifat ideologis, karena ini menurut saya persoalan inti yang penting dijelaskan pada umat. Bahwa Islam-Moderat yang dibawa Syekh besar adalah berurat akar dari konsep Barat yang memiliki sikap trauma terhadap agama Kristen di Eropa. Fokus kritik di sana.
Beda halnya dengan ktirikan terhdap Syekh seperti yang dilakukan oleh Abu Aqila, ini bukan saja kontra produktif, tapi justru akan memunculkan pihak-pihak yang "bertepuk tangan" karena diadu domba.
Di sinilah menurut hemat saya, akan pentingnya menelisik akar persoalan. Meneliti apa yang yang menjadi qadhiyah mashiriyyah, the root of problem sangat penting, bahkan akan menjadi penentu arah penyelesaian, bahkan penentu arah perjuangan.
Di sinilah salah satunya, saya berpendapat bahwa kenapa Hizbut Tahrir tidak fokus mengurai beragam persoalan Islam berhadapan dengan Syi'ah sesat. Bukan berarti itu bukan masalah. Karena persoalan Syi'ah sesat bukan pokok persolan hadap-hadapan dengan Islam, namun lingkungan yang menjadikan Syi'ah bisa tumbuh subur, yakni sistem Kapitalis, itulah pokok persoalan, yang harus berhadapan dengan Islam.
Saat analisa Hizbut Tahrir tentang sebuah persoalan kaum muslimin tidak "menggendorkan" Islam dengan Syi'ah, lantas ada orang yang dengan sangat dangkal mengatakan, bahwa Hizbut Tahrir itu Syiah. Gagal faham.
Insya Allah sikap orang ini adalah akibat ketidak mengertiannya terhadap Hizbut Tahrir dan tidak baca kitab Syakhshiyyah Islamiyyah juz II, yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir. Dalam kitab itu sudah sangat clear dibahas persoalan Syi'ah dari aqidah sampai sistem politiknya. Hasilnya, paham Syi'ah sangatlah jauh berbeda dengan apa yang dibawa Hizbut Tahrir. Meski dibahas rinci, namun secara teknis Syi'ah bukan ajang dan fokus konfrontasi.
Ketika saya menganalisis tentang rencana Serangan darat KSA ke Suriah, dengan judul "Rencana Arab Saudi dan Turki Melakukan Serangan Darat ke Suriah, Salah Arah dan Memalukan" --diposting juga oleh kiblat.net--, banyak dikomentari oleh orang jahil. Diantaranya ada yang mengatakan "Hizbut Tahrir adalah Syi'ah berbulu Suni". Kurang ajar memang.
Namun, Hizbut Tahrir dan Syabab-nya tidak boleh terbawa dan melayani tuduhan dan fitnah itu. Karena ungkapan ini semata muncul dari orang yang jahil, dan jahil itu bukan dalil.
Dan kita juga tidak perlu berkonfrontasi dengan orang jahil. Dengan orang jahil bukan diskusi, tapi dikasih ilmu. Imam Syafi'i berujar, "aku akan mampu berdalil dan berdiskusi dengan sepuluh orang pintar, namun aku pasti kalah berdiskusi dengan seorang jahil, karena dia tidak tahu prinsip-prinsip ilmu dan kebenaran". Terlebih, jika hal ini dilakukan, akan menguras energi dan mengalihkan fokus perjuangan.
Beberapa tampilan syi'ah akhir-alhir ini memang kurang ajar, tapi seharusnya kaum muslimin berfikir kritis, kenapa baru sekarang? Padahal persoalan Syi'ah ini sudah ribuan tahun. Muslim seharusnya harus politis melihat persoalan ini. Siapa yang bermain debalik menyeruaknya persoalan Syi'ah sesat ini?
Justru Sistem Pemerintahan Demokrasi Kapitalis lah yang nyata-nyata memberikan "kenyamanan" atas Syi'ah, Kristen Fundamentalis, Persekutuan Gereja Wamena di Papua, Ahmadiyah yang jelas-jelas sesat, HAM Barat yang sesat dan menyesatkan, pegiat Liberal, LGBT, seraya mencabik-cabik akidah umat. Ada benarnya kata Prof. Fahmi Amhar, apakah Amerika, Demokrasi, dan Kapitalisme itu harus kita labeli "Syi'ah" dulu, biar fokus permusuhan umat Islam pada ideologi tersebut?
Kaum muslimin...
Musuh satu-satunya Ideologi Demokrasi Kapitalisme --setelah Sosialisme runtuh-- adalah Islam. Lantas kenapa kita tidak melihat mereka sebagai musuh?
Amerika dan Eropa memang tidak sering menyebut Islam sebagai satu-stunya musuh. Mereka membungkus dan melabelinya dengan istilah terorisme.
Semua komponen dunia kemudian diprovokasi untuk memusuhi barang yang namanya terorisme. Pasantren, teman-teman organisasi KAMMI, sampai TK Islam dicurigai mengajarkan paham radikal dan teroris. Dan program De-redikalisasi pun hakikatnya adalah De-Islamisasi. BNPT dan densus 88 sudah sangat kurang ajar di negeri ini.
Kaum muslimim...
Saat ini Amerika, Rusia, Eropa, Iran (Syi'ah), Basyar Asaad, bersatu padu menghancurkan Kaum Muslim di Suriah. Hatta saat gencatan senjata 27 Februari 2017 jam 00.000 GMT Damaskus.
Lebih dari 6,5 juta anak menderita, lebih dari 10.000 anak tewas dan cacat, lebih dari 300.000 muslim tewas, juta-an terlunta-lunta. Kenapa analisa persoalan kita cuma Syi'ah? Syi'ah Bassar Assad itu sudah lama lumpuh. Justru Amerika dan sekutunya yang membuat Basyar Assad masih nongol.
Negara ini sudah serba darurat. Darurat korupsi, darurat banjir, darurat kebakaran hutan, darurat aborsi, darurat seks bebas, darurat LGBT, darurat utang, darurat SSI (semu serba impor), darurat SSC (Semua Serba China), darurat separatis, darurat Syi'ah sesat, darurat HAM Barat. Semua darurat itu sesungguhnya terpancar dari sistem Demokrasi Kapitalis yang diadopsi oleh negara ini.
Kenapa kita hanya fokus memusuhi Syi'ah? Justru skenario atas selaksa persoalan kaum muslimin saat ini adalah Amerika dengan Ideologi Demokrasi Kapitalisnya. Yang kita harus diserang adalah Ideologi Amerika dengan segala cabang dan rantingnya.
Dengan hancurnya Ideologi ini, runtuhnya lingkungan yang meniscayakan kehidupan Syi'ah, Ahmadiyah, HAM, LGBT, serta teman dan pendukungnya, persoalan insya Allah akan terselesaikan dengan sempurna.
Kita harus fokus dan ideologis pada persoalan dan sasaran. Dan musuh ideologis kita itu hanya satu. Sistem Demokrasi Kapitalis dengan komandannya Amerika Serikat. Jangan pernah terpalingkan.[]
-----------------------------------------------------------------
Penulis : H. Luthfi Hidayat | Anggota Lajnah Tsaqafiyah DPD I HTI Kalimantan Selatan.
0 komentar: